
Gambar 1.1 FBB UNTAG
Rektor Untag Semarang bersyukur dengan bertambahnya dua guru besar tersebut. Jumlah tersebut segera bertambah menyusul beberapa dosen lain sedang berproses mengajukan kenaikan jabatan fungsional ke guru besar melalui LLdikti Jateng dan selanjutnya ke Kementrian di Jakarta.
“Dengan bertambahnya Profesor ini akan semakin meningkatkan peran dan fungsi Untag Semarang, karena sebagai bagian dari masyarakat, perguruan tinggi turut memegang peran keberlangsungan peradaban bangsa. Oleh karena itu karya-karya nyata seorang Profesor sangat ditunggu bagi pengembangan lembaga dan kesejahteraan masyarakat luas,” ujar Rektor.
Pengukuhan dihadiri beberapa pejabat dan tamu undangan di antaranya Kepala LLDikti Wilayah VI Jateng Bhimo Widyo Andoko SH MH, Prof Dr Yudha Thianto (Guru Besar Sejarah Kekristenan dan Kepala Bagian Akademik Calvin Theological Seminary, Grand Rapids, Michigan, USA), Romo Simon Atas Wahyudi PR (Paroki Santo Petrus Sambiroto Semarang), sejumlah pimpinan perguruan tinggi di Semarang, serta Yustina Mintarsi (Ibunda dari Prof Yosep Bambang).
Kepala LLdikti menyampaikan pihaknya mendorong Untag agar lebih maju dengan bertambahnya dua profesor baru. Untag merupakan perguruan tinggi yang memiliki sejarah panjang di Jateng sehingga diharapkan mampu menjadi contoh nyata pemberlakuan kebijakan kemendikbudristek bagi banyak perguruan tinggi lain.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Drs Yosep Bambang MS, MSi MA PhD
yang juga Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya FBB Untag ini menekankan dengan membaca karya sastra bisa membuat masyarakat menjadi bangsa yang humanis dan cerdas secara budaya.
“Karya sastra juga membuat anak belajar bahasa dengan baik dalam arti bisa menggunakan setiap kata dengan benar dan bisa menulis kalimat dengan benar. Dengan membaca karya sastra dapat menyiapkan anak untuk mampu membaca dengan baik dan menjadi kutu buku. Artinya, kita berinvestasi untuk masa depan yang gemilang bagi negeri ini,” ujar Prof Drs Yosep Bambang Margono Slamet saat Pidato Ilmiah pada Pengukuhan sebagai Profesor Bidang Ilmu Bahasa, Sastra dan Budaya.
Karya sastra, tambah Prof Bambang, merupakan cermin dan jendela. Sebagai cermin, karya sastra membuat orang bisa melihat dirinya sendiri mana yang penting, apa yang penting, siapa sebenarnya kita, sebagai jendela, karya sastra membuat kita bisa memahami, menghargai, dan menghormati orang lain.
Namun sayangnya literasi di Indonesia masih rendah sehingga diperlukan political will yang kuat dari pemerintah untuk meningkatkan minat baca dalam bentuk peraturan atau undang-undang serta dalam bentuk dana.
Prof Bambang Yosep merupakan lulusan S1 Bahasa dan Sastra Inggris Fakuktas Sastra (sekarang FIB) Undip, S2 di UI dan Ohio University USA dan S3 nya di The University of Iowa, USA. Prof Bambang Yosep beristrikan Dra Cecilia Murniati PhD (dosen Soegijapranata Catholic University, Semarang) dan dikaruniai dua anak yaitu Albertus Jalu W dan Emmanuel Hemanta Handaru.
Sedangkan Prof Dr Dra Rini Werdiningsih sebagai Profesor Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan dalam pidato ilmiahnya mengungkapkan, pendidikan karakter tangguh dan berintegritas dapat mengantisipasi terjadinya tindak pidana korupsi.
“Diperlukan kolaborasi keluarga dan sekolah dalam menanamkan antikorupsi melalui partisipasi sosial,” jelasnya. (Sgi)